FORUM INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Minggu, 18 Juli 2010

Mari Membaca (Iqro)

(Oleh: Yani Mulyani, SP) *

Sebagai renungan di Hari Pendidikan Nasional ada pengalaman menarik yang kaitannya erat dengan esensi pendidikan, yaitu membaca. Dika-itkan dengan masa penerimaan murid baru selalu ada Pengalaman tentang mengamati kesiapan membaca calon murid baru. Melihat murid-murid yang gemar membaca dan selalu mengikatkan diri dalam gelimang buku bermutu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, seorang guru. Bukan karena akan terhindarkan dari beragam kesulitan mengelola kelas dengan murid-murid special. Bayangan saya merekalah yang telah menggenggam kehidupannya sendiri. Murid yang telah memiliki budaya membaca jarang menunjukkan kesulitan dalam belajar. Mereka sangat pandai memilih, menilai dan menikmati bacaannya. Umumnya mereka telah memiliki konsep diri yang sangat jelas.

Adapula murid-murid yang tergolong belum memiliki kecintaan untuk membaca. Secara teknis mereka sulit membaca, bahkan yang lebih memprihatinkan adalah ketika mereka dapat membaca namun tidak mengerti apa yang dibacanya. Program persiapan membaca yang cenderung dilakukan secara drill pada jenjang PAUD banyak memunculkan kasus tersebut. Murid tidak menjadi lebih kaya pengetahuannya meskipun sudah pandai membaca, karena ia mengalami kesulitan dalam memahami bacaannya. Sebenarnya apa tujuan akhir dari pengajaran membaca?

Salah satu surat dalam Al Qur`an yang sering dikaitkan dengan kemampuan membaca adalah surat Al-Alaq. Ada perintah iqra` pada surat tersebut. Kata iqra` terambil dari kata qara`a yang pada mulanya berarti menghimpun. Ketika kita merangkai huruf dan mengucapkannya maka kita sedang menghimpunnya, yaitu membacanya.

Perintah membaca dalam ayat pertama Surat Al Alaq tidak menyebutkan objek bacaan. Dalam kaidah kebahasaan Apabila suatu kata kerja yang membutuhkan objek tetapi tidak disebutkan objeknya, maka objek yang dimaksud bersifat umum, mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata tersebut. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa karena iqra` digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan, dan sebagainya, dan karena objeknya bersifat umum, maka objek kata tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, baik ia merupakan bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Alhasil perintah iqra` mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis, baik suci maupun tidak. (Tafsir Al Mishbah,2002, vol 15 hal 393).

Berkaitan dengan dunia guru dan pengasuhan, luasnya makna membaca seharusnya mendasari semangat untuk lebih menggali cara dalam memotivasi murid untuk membaca. Tujuan akhir membaca adalah mengajak murid untuk dapat menelaahatau berpikir, bukan kemahiran dan kecepatan membaca teks semata. Memang tidak dapat dipungkiri kemampuan membaca teks tertulis merupakan hal yang paling mudah diukur, sehingga tidak jarang hal tersebut dijadikan tujuan utama dari pengajaran membaca bagi para murid. Seharusnya kita menyadari bahwa kemampuan membaca teks tertulis adalah satu tahapan penting saja dari seluruh tahapan kemampuan Iqra`. Ada banyak kondisi yang harus benar-benar dimengerti sebagai prasyarat pengajaran membaca agar kegiatan tersebut mengantarkan murid ke dalam kesejatian tujuan iqra` itu sendiri, yaitu berpikir. Mari melatih membaca, mari melatih berpikir. (* Kepala SDI Al Azhar 14 Semarang)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar